Belakangan ini, sejumlah orang peminat arkeologi dan sejarah memburu
peradaban masa silam di nusantara. Kelompok yang tergabung dalam nama
Turangga Seta yang menyatakan ada ratusan gunung piramida di Indonesia.
“Tingginya tak kalah dari piramida Giza di Mesir yang cuma 140-an
meter,” kata Agung Bimo Suredjo, salah seorang pegiat Turangga Seta.
Mereka melakukan penjelajahan ke sejumlah bukit dan gunung di Nusantara.
Pernyataan mereka ini mengernyitkan dahi banyak kalangan. Tapi, Turangga
Seta tak mau asal bicara. Mereka bahkan mengajak sejumlah geolog
ternama untuk menguak secara ilmiah isi bukit yang mirip piramida itu.
Lalu, benarkah gunung dan bukit kita menyimpan piramida yang mirip
dengan temuan di Mesir dan suku Maya? Agung adalah Pendiri Yayasan
Turangga Seta, organisasi yang punya misi penelitian di gunung itu. Bak
tokoh fiksi Indiana Jones, awak Turangga Seta memang punya kegemaran
memburu jejak sejarah. Bukan atas hasrat memiliki, tapi mengungkap
kegemilangan sejarah nenek moyang di masa lalu.
Gunung yang dianggap piramida, ditemukan di sekitar Gunung Salak.
Gunung Sadahurip, Kabupaten Garut.
Gunung Lalakon, Soreang, Bandung.
|
Ilustrasi hasil uji geolistrik di Gunung Lalakon, Bandung. |
Lazimnya, sebuah lapisan tanah atau lapisan batuan akan menyebar merata
secara menyamping atau horisontal. Tapi hasil uji geolistrik menyatakan
terdapat semacam struktur bangunan yang memiliki bentuk seperti
piramida, dan di atasnya terdapat lapisan batuan tufa dan breksi dengan
pola selang-seling secara bergantian.
Pola batuan tufa dan breksi ini berulang secara melintang bukan
mendatar, dengan kemiringan sama. “Seolah-olah piramida ini diuruk dan
dibronjong secara sengaja, agar tak longsor,” kata Hery, yang berprofesi
sebagai konsultan kontraktor bangunan.
Dalam sebuah rekaman video, seorang pakar geologi menunjuk sebuah
bentukan berwarna biru. Dalam hasil uji geolistrik, warna biru
menandakan sebuah tempat yang punya resistivitas paling rendah. “Ini
mungkin semacam rongga yang bisa berisi air atau tanah lempung,” pakar
geologi itu menerangkan. Bentukan tadi menyerupai semacam pintu.
Yang jelas, pakar geologi itu melanjutkan, kemungkinan besar temuan itu
adalah struktur buatan manusia, karena proses alamiah sepertinya tak
mungkin menghasilkan pola batuan semacam itu. “Ini jelas man-made,” kata
dia.
Situs Megalitik Gunung Padang, Piramida di Cianjur
Walau tak terawat, tetapi situs megalitikum yang teronggok di Gunung
Padang, Cianjur, Jawa Barat memperlihatkan betapa Eden in The East
seperti yang dikemukakan Oppenheimer terus menggoda. Situs peninggalan
zaman megalitikum yang terletak di Gunung Padang Desa Cimenteng,
Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur kini kondisinya memprihatinkan.
Kantor Berita Antara tahun 2005 pernah mewawancara pejabat Jawa barat
terkait perawatan situs ini. Hasilnya, para pejabat itu mengakui,
perawatan situs memang memprihatinkan.
“Sejak ditemukannya, situs Gunung Padang memang sangat memprihatinkan,
padahal masyarakat terutama kalangan arkeolog telah berupaya agar situs
tersebut dipelihara. Kini bebatuan di daerah itu mulai rusak karena
banyaknya tangan-tangan jahil yang memanfaatkan bebatuan di lokasi
tersebut untuk kepentingan yang tidak jelas,” Ketua Komisi I DPRD
Kabupaten Cianjur, Iwan Permana,SH ketika itu.
Sementara Bupati Cianjur, Ir. Wasidi Swastomo,M.Si mengatakan, situs
Gunung Padang sebenarnya telah beberapa kali mendapat pemugaran dan
pemeliharaan dari instansi terkait, terutama Pemkab Cianjur. Namun
karena keterbatasan dana, Pemkab belum bisa membuat akses jalan ke
daerah itu dengan lebih baik karena medannya yang relatif sulit.
|
Rekonstruksi Gunung Padang, Cianjur. |
|
Konstruksi tangga Gunung Padang, Cianjur. |
Bagaimanapun kondisinya, situs Gunung Padang adalah sebuah fakta sejarah
yang menggoda untuk diteliti karena menjadi anak tangga untuk terus
memverifikasi hasil penelitian Oppenheimer yang menyebut Sundaland
sebagai ibu peradaban dunia, tanah terindah di planet bumi, tanah tempat
diturunkannya Nabi Adam dan Hawa.
Salah satu rangkaian Konferensi Internasional bertajuk Reinventing Sunda
yang digelar di Hotel Salak The Heritage Bogor, 25-27 Oktober adalah
pameran. Gunung Padang praktis mendominasi ruang pameran. Sejumlah foto
mencolok ditampilkan, lengkap dengan batu-batu yang sudah diolah. Soni,
petugas jaga, sibuk menjelaskan pertanyaan pengunjung karena batu-batu
itu tersusun seperti anak tangga yang semakin meninggi dan akhirnya
menyerupai piramida yang ada di di Mesir.
“Para ahli memang pernah coba membuat semacam rekonstruksi dari
batu-batu yang ada di sekitar Gunung Padang,” kata Soni kepada
bogor-kita.com di ruang pameran di Bogor, Senin 25 Oktober 2010.
Hasilnya, jelas Soni Prasetia nama lengkapnya yang juga sarjana
Antropologi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Gungung Padang itu
ternyata bukan sekedar gunung. “Lapisan luarnya dibalut oleh batu dan
membentuk piramida seperti di Mesir,” katanya.