
Sabtu, 26 Mei 2012
Handy Talky
Alat ini sudah termasuk Perangkat HT dan Earpeace sehingga anda tidak perlu menggemgam HT secara terus menerus
Steadicam For Ex, XL2 & DSLR
Alat ini
adalah untuk menempatkan kamera di posisi Steady (stabil) jika kamera
tersebut bergerak dengan mengikuti subyek yang anda inginkan. Dengan
Alat ini maka pergerakan kamera tidak menjadi monoton karena anda dapat
melakukan pergerakan kamera sesuka anda. Operatingnya harus menggunakan
orang yang sudah berpengalaman agar tidak terlalu shaky (goyang). Sewa
sekarang di Raja Sewa Kamera.
Harga Termasuk :
1. Fly Cam
2. Vest
3. Counter balance
4. Arm Quick Balance
5. Camera Head
6. Tripod
7. Steady Handle Bracket
8. Monitor Bracket
9. Battere Braket
10. Monitor LCD 7 Inch
11. Battere Monitor + Charger
12. Bag
Harga Termasuk :
1. Fly Cam
2. Vest
3. Counter balance
4. Arm Quick Balance
5. Camera Head
6. Tripod
7. Steady Handle Bracket
8. Monitor Bracket
9. Battere Braket
10. Monitor LCD 7 Inch
11. Battere Monitor + Charger
12. Bag
Camera Jib Crane with Pan Tilt Movement
Dengan Feature Lengan Jib Crane yang terbuat dari tiga bagian sirip yang memiliki kekuatan untuk menanggung berat Pan Tilt head Machine dan beban kamera sampai dengan berat 5.5 LBs tanpa tersentak.
Pemasangan yang mudah dan simple dapat memberikan anda hemat waktu, beaya dan kemudahan pengambilan gambar, karena hal ini perlu diperhatikan mengingat budget dan kemungkinan pengambilan gambar yang harus diselesaikan pada waktu yang tepat.
Note : harga tersebut belum termasuk operator Kamera.
Harga sudah termasuk
1. Peralatan Jib Crane SET
2. Tripod
3. Counter Weight
4. Pan-Tilt Machine SET
5. Monitor LCD 7 Inch
6. Cable
7. Remote Operasional
Jumat, 25 Mei 2012
Konsep Dasar Tentang Flash GN - Guide Number
Flash Guide Number mempunyai defini sesuai dengan formulanya adalah
perkalian antara jarak (distance) dan f# (f/number/diafragma/aperture)
pada ISO tertentu, untuk memperoleh suatu "exposure" yang "tepat".
Formula GN adalah :
GN = f# * d
d = distance/jarak flash ke subject
f# = Aperture/Diafragma
Suatu contoh, apabila flash menghasilkan exposure yang tepat pada f/5.6 dan jarak subject ke flash (d) adalah 10 meter, pada ISO 100, maka flash tersebut mengeluarkan cahaya dengan
GN = 5.6 * 10 = 56
jadi GN = 56 (ISO 100 - meter).
GN dapat pula dinyatakan dalam satuan jarak feet, bila diambil dari contoh diatas, 'd' atau jarak 10 meter = 32.8 feet (1 foot = 30.48 cm ; 1 meter = 3.28 feet). Jadi GN flash adalah = 5.6 * 32.8 = 184 (ISO 100 - feet).
Pada flash, biasanya diketahui (pada buku manual) mempunyai GN tertentu, dan GN tersebut adalah GN maximum dari flash tersebut. Katakanlah mempunyai GN 56 (ISO 100 - meter), dengan menggunakan aperture f/5.6 jarak maximum adalah 10 meter, maka apabila lebih dari 10 meter atau menaikkan nilai aperture akan terjadi under exposed.
Sekarang apabila GN maximum flash diketahui maka untuk mencari jarak maksimum pada nilai aperture tertentu, formulanya :
d (max) = GN (max) / f#
contoh :
GN max = 56 (ISO 100 - meter).
pada f/8 maka d (max) = 56/8 = 7 meter (pada ISO 100)
pada f/4 maka d (max) = 56/4 = 14 meter (pada ISO 100)
sampai disini cukup jelas? apabila kurang jelas, coba dibaca sekali lagi dari atas.
Nah, kadangkala ada kasus tertentu untuk mendapatkan jarak jangkauan flash yang bisa lebih jauh untuk mengenai subject, maka solusinya adalah menaikkan ISO/ASA.
semakin tinggi ISO, makin sensitif/peka pula sensor kamera terhadap cahaya, sehingga dengan intensitas cahaya yang sama, jarak jangkau flash bisa lebih jauh.
dan pengaruh ISO terhadap GN flash mempunyai formula:
GN(ISO_2) = GN (ISO_1) * SQRT(ISO_2/ISO_1)
SQRT = Squared Root (akar)
contoh:
Flash memiliki GN (ISO 100) = 56, berapakah nilai GN pada ISO 200?
Jawab :
GN (ISO 200) = 56 * SQRT(200/100)
GN (ISO 200) = 56 * SQRT(2)
GN (ISO 200) = 56 * 1.4142
GN (ISO 200) = 79.2
Jadi, Flash dengan GN (max) = 56 (ISO 100 - meter) pada ISO 200 mempunyai GN (max) = 79.2 (ISO 200 - meter)
Pada saat diaplikasikan pada pengambilan exposure, maka :
pada Aperture f/5.6, d (max) = 56/5.6 = 10 meter (pada ISO 100) (sebenarnya f/5.6 adalah nilai kompromi dalam fotografi, sebenarnya nilai yang tepat adalah f/5.67, jadi harusnya d(max) = 56/5.67 = 9.9 meter)
pada Aperture f/5.6, d (max) = 79.2/5.6 = 14.1 meter (pada ISO 200)
pada Aperture f/8.0, d (max) = 79.2/8.0 = 9.9 meter (pada ISO 200)
Jadi dengan menaikan ISO sebanyak 2 kali-nya atau dikatakan naik 1 stop (ISO 100 menjadi ISO 200), maka jarak jangkau flash meningkat sekitar 1.4 kali [atau meningkat dengan faktor akar(2)], ini sama saja dengan membuka atau menurunkan aperture dari f/8 ke f/5.6
perlu diketahui : 8 = 1.4 X 5.6
NOTE :
Sumber : Situs-situs fotografi di internet, dan dari tulisan bapak Mula W. Saputra (Bandung).
Formula GN adalah :
GN = f# * d
d = distance/jarak flash ke subject
f# = Aperture/Diafragma
Suatu contoh, apabila flash menghasilkan exposure yang tepat pada f/5.6 dan jarak subject ke flash (d) adalah 10 meter, pada ISO 100, maka flash tersebut mengeluarkan cahaya dengan
GN = 5.6 * 10 = 56
jadi GN = 56 (ISO 100 - meter).
GN dapat pula dinyatakan dalam satuan jarak feet, bila diambil dari contoh diatas, 'd' atau jarak 10 meter = 32.8 feet (1 foot = 30.48 cm ; 1 meter = 3.28 feet). Jadi GN flash adalah = 5.6 * 32.8 = 184 (ISO 100 - feet).
Pada flash, biasanya diketahui (pada buku manual) mempunyai GN tertentu, dan GN tersebut adalah GN maximum dari flash tersebut. Katakanlah mempunyai GN 56 (ISO 100 - meter), dengan menggunakan aperture f/5.6 jarak maximum adalah 10 meter, maka apabila lebih dari 10 meter atau menaikkan nilai aperture akan terjadi under exposed.
Sekarang apabila GN maximum flash diketahui maka untuk mencari jarak maksimum pada nilai aperture tertentu, formulanya :
d (max) = GN (max) / f#
contoh :
GN max = 56 (ISO 100 - meter).
pada f/8 maka d (max) = 56/8 = 7 meter (pada ISO 100)
pada f/4 maka d (max) = 56/4 = 14 meter (pada ISO 100)
sampai disini cukup jelas? apabila kurang jelas, coba dibaca sekali lagi dari atas.
Nah, kadangkala ada kasus tertentu untuk mendapatkan jarak jangkauan flash yang bisa lebih jauh untuk mengenai subject, maka solusinya adalah menaikkan ISO/ASA.
semakin tinggi ISO, makin sensitif/peka pula sensor kamera terhadap cahaya, sehingga dengan intensitas cahaya yang sama, jarak jangkau flash bisa lebih jauh.
dan pengaruh ISO terhadap GN flash mempunyai formula:
GN(ISO_2) = GN (ISO_1) * SQRT(ISO_2/ISO_1)
SQRT = Squared Root (akar)
contoh:
Flash memiliki GN (ISO 100) = 56, berapakah nilai GN pada ISO 200?
Jawab :
GN (ISO 200) = 56 * SQRT(200/100)
GN (ISO 200) = 56 * SQRT(2)
GN (ISO 200) = 56 * 1.4142
GN (ISO 200) = 79.2
Jadi, Flash dengan GN (max) = 56 (ISO 100 - meter) pada ISO 200 mempunyai GN (max) = 79.2 (ISO 200 - meter)
Pada saat diaplikasikan pada pengambilan exposure, maka :
pada Aperture f/5.6, d (max) = 56/5.6 = 10 meter (pada ISO 100) (sebenarnya f/5.6 adalah nilai kompromi dalam fotografi, sebenarnya nilai yang tepat adalah f/5.67, jadi harusnya d(max) = 56/5.67 = 9.9 meter)
pada Aperture f/5.6, d (max) = 79.2/5.6 = 14.1 meter (pada ISO 200)
pada Aperture f/8.0, d (max) = 79.2/8.0 = 9.9 meter (pada ISO 200)
Jadi dengan menaikan ISO sebanyak 2 kali-nya atau dikatakan naik 1 stop (ISO 100 menjadi ISO 200), maka jarak jangkau flash meningkat sekitar 1.4 kali [atau meningkat dengan faktor akar(2)], ini sama saja dengan membuka atau menurunkan aperture dari f/8 ke f/5.6
perlu diketahui : 8 = 1.4 X 5.6
NOTE :
Sumber : Situs-situs fotografi di internet, dan dari tulisan bapak Mula W. Saputra (Bandung).
Kamis, 24 Mei 2012
Canon Lens Abbreviation (#1)
EF vs EF-S
EF merupakan singkatan dari electronic focus. Ini merupakan standard mounting lensa Canon saat ini. Mounting ini kompatible dengan seluruh EOS (Electro Optic System), jajaran DSLR milik Canon. Baik yang memiliki crop factor, maupun yang full frame.
Sedangkan EF-S merupakan kependekan dari electonic focus with short back focus. Ini menyatakan bahwa bagian belakang dari lensa ini relatif lebih dekat dengan sensor, dibandingkan dengan jajaran lensa EF. Hal ini mengakibatkan lensa EF-S hanya diperuntukkan untuk DSLR dengan crop factor, misalnya seri 1000D, 550D, 50D atau 7D. Pada DSLR dengan full frame maka selain lensa ini mountingnya tidak cocok, maka vignetting kuat akan muncul di pinggir foto.
L Series, UD & Fluorite
Canon memiliki 3 “kasta” lensa. Yang paling bawah adalah lensa EF-S (walau ada beberapa lensa di kelompok ini yang hasilnya sangat luar biasa, seperti EF-S 17-55 f2.8 IS). Lensa ini ditandai dengan body yang biasanya terbuat dari plastik dengan kualitas baik + ring berwarna silver. Ring biasanya ditemui di bagian depan dari lensa (di foto dibawah merupakan ring warna yang melingkari kata “ultrasonic”). Umumnya lensa di kelompok ini harganya cukup terjangkau dengan image quality cukup baik.
Kasta kedua adalah lensa EF biasa. Lensa di kelompok ini ditandai dengan body yang kadang sedikit lebih baik dibandingkan kelompok EF-S, harga yang sedikit lebih tinggi dan ring berwarna emas.
Sedangkan kasta “tertinggi” adalah kelompok EF jenis L, dimana huruf L merupakan kependekan dari “Luxury”. Kelompok ini ditandai dengan build quality lensa yang bagus, kadang body lensa terbuat dari logam campuran yang kokoh. Sering pula lensa ini sudah weather-proof, sehingga debu dan kelembaban sulit masuk. Warna ring yang digunakan adalah warna merah, yang merupakan warna “kebangsaan” dari Canon.
Lensa ini diperuntukkan oleh Canon bagi fotografer profesional / hobiist yang benar-benar mencari kualitas foto yang prima. Ada 2 warna lensa di jajaran L ini, hitam dan putih. Keduanya tidak menunjukkan “kasta”, melainkan hanya masalah yang tele biasanya diberi warna putih.
Sedangkan UD & Fluorite merupakan material yang umumnya digunakan dalam lensa seri L. Ultra-low Dispersion Glass (UD) merupakan jenis lensa khusus yang digunakan untuk mengurangi efek chromatic aberration. Karena harganya yang tinggi maka lensa jenis UD ini hanya digunakan di lensa seri L (dan beberapa seri EF-S yang harganya cukup premium). Penggunaannya sendiri menambah ketajaman foto yang kita hasilkan.
Fluorite adalah kembali merupakan jenis material khusus yang digunakan untuk mengurangi dampak chromatic aberration, tapi sekaligus juga meningkatkan ketajaman hasil dan ketepatan warna yang dihasilkannya. Penggunaan komponen dengan fluorite di dalam suatu lensa hampir dijamin meningkatkan ketajaman dan juga akurasi saturasi/hue warna yang kita inginkan. Material fluorite ini dikembangkan Canon sejak tahun 1969. Proses penggunaannya sendiri membutuhkan teknologi yang sangat tinggi dan mahal.
DO
Canon mengembangkan juga metode difraksi optik sehingga lensa yang perlu dibawa oleh seorang fotografer beratnya lebih ringan. Impian peluncuran lensa jenis DO ini adalah lensa dengan ukuran dan berat lebih kecil, tetapi kualitas foto yang sama dengan seri L (walau sampai saat ini belum terbukti bisa melebihi seri L). Teknologi pembuatan lensa DO ini dipatenkan oleh Canon. Dan untuk konstruksi lensa jenis ini dibutuhkan micrometric precision dan instrumentasi 3 dimensional.
Seri ini di tandai dengan build quality yang mirip EF / L Series tetapi dengan ukuran dan bobot yang jauh lebih kecil/ringan. Warna ring pada bagian ujung depan kamera adalah warna hijau.
Image Stabilizer (IS)
Image Stabilizer merupakan sistem stabilisasi gambar yang secara optical mengurangi vibrasi. Di Canon komponen image stabilizer ini diletakkan di dalam lensa. Hal ini menurut Canon lebih efektif dibandingkan dengan diletakkan di dalam body kamera, karena tiap lensa memiliki adjustment yang berbeda.
Walaupun IS membantu mengurangi vibrasi, akan tetapi IS tidak menghentikan gerakan obyek, jadi misalnya obyeknya sedang berlari dan shutter speed kita kurang maka IS tidak akan membantu. Dengan IS kita bisa tetap mendapatkan hasil foto yang tajam walau sudah dibawah batasan shutter speed yang dibutuhkan (1/125 secs atau 1/(focal length x crop factor)).
Teknologi IS terus berkembang, dari awalnya hanya mampu menangani shutter speed 2 stop dibawah batasan shutter speed, hingga teknologi terbaru saat ini mencapai 4 stop dibawah batas minimal shutter speed yang dibutuhkan. Perhatikan berapa stop sistem IS yang dimiliki lensa anda.
Jadi misalnya kita menggunakan focal length 200mm di DSLR dengan crop factor batasan shutter speed minimal yang kita butuhkan adalah 1/(200 x 1.6) = 1/320 secs. Tapi dengan adanya IS (misalnya dengan kemampuan 3 stop) maka hasil foto yang diperoleh masih bisa tajam walaupun kamera dipegang tangan (tidak menggunakan tripod) di kecepatan 1/40 secs (3 stop di bawah batasan minimal).
Penggunaan lensa dengan IS sangat penting di lensa tele, dimana batasan minimal shutter speed menjadi sangat tinggi. IS akan membantu memperoleh hasil foto yang tajam walau kamera + lensa tele dipegang tangan.
Ada argumen yang menyatakan bahwa penggunaan IS mengurangi ketajaman foto. Ada benarnya, akan tetapi tidak signifikan. Lebih signifikan adalah kehilangan ketajaman gambar akibat dari vibrasi / foto di bawah batas minimal shutter speed yang dibutuhkan.
Langganan:
Postingan (Atom)