EF vs EF-S
EF merupakan singkatan dari electronic focus. Ini merupakan standard mounting lensa Canon saat ini. Mounting ini kompatible dengan seluruh EOS (Electro Optic System), jajaran DSLR milik Canon. Baik yang memiliki crop factor, maupun yang full frame.
Sedangkan EF-S merupakan kependekan dari electonic focus with short back focus. Ini menyatakan bahwa bagian belakang dari lensa ini relatif lebih dekat dengan sensor, dibandingkan dengan jajaran lensa EF. Hal ini mengakibatkan lensa EF-S hanya diperuntukkan untuk DSLR dengan crop factor, misalnya seri 1000D, 550D, 50D atau 7D. Pada DSLR dengan full frame maka selain lensa ini mountingnya tidak cocok, maka vignetting kuat akan muncul di pinggir foto.
L Series, UD & Fluorite
Canon memiliki 3 “kasta” lensa. Yang paling bawah adalah lensa EF-S (walau ada beberapa lensa di kelompok ini yang hasilnya sangat luar biasa, seperti EF-S 17-55 f2.8 IS). Lensa ini ditandai dengan body yang biasanya terbuat dari plastik dengan kualitas baik + ring berwarna silver. Ring biasanya ditemui di bagian depan dari lensa (di foto dibawah merupakan ring warna yang melingkari kata “ultrasonic”). Umumnya lensa di kelompok ini harganya cukup terjangkau dengan image quality cukup baik.
Kasta kedua adalah lensa EF biasa. Lensa di kelompok ini ditandai dengan body yang kadang sedikit lebih baik dibandingkan kelompok EF-S, harga yang sedikit lebih tinggi dan ring berwarna emas.
Sedangkan kasta “tertinggi” adalah kelompok EF jenis L, dimana huruf L merupakan kependekan dari “Luxury”. Kelompok ini ditandai dengan build quality lensa yang bagus, kadang body lensa terbuat dari logam campuran yang kokoh. Sering pula lensa ini sudah weather-proof, sehingga debu dan kelembaban sulit masuk. Warna ring yang digunakan adalah warna merah, yang merupakan warna “kebangsaan” dari Canon.
Lensa ini diperuntukkan oleh Canon bagi fotografer profesional / hobiist yang benar-benar mencari kualitas foto yang prima. Ada 2 warna lensa di jajaran L ini, hitam dan putih. Keduanya tidak menunjukkan “kasta”, melainkan hanya masalah yang tele biasanya diberi warna putih.
Sedangkan UD & Fluorite merupakan material yang umumnya digunakan dalam lensa seri L. Ultra-low Dispersion Glass (UD) merupakan jenis lensa khusus yang digunakan untuk mengurangi efek chromatic aberration. Karena harganya yang tinggi maka lensa jenis UD ini hanya digunakan di lensa seri L (dan beberapa seri EF-S yang harganya cukup premium). Penggunaannya sendiri menambah ketajaman foto yang kita hasilkan.
Fluorite adalah kembali merupakan jenis material khusus yang digunakan untuk mengurangi dampak chromatic aberration, tapi sekaligus juga meningkatkan ketajaman hasil dan ketepatan warna yang dihasilkannya. Penggunaan komponen dengan fluorite di dalam suatu lensa hampir dijamin meningkatkan ketajaman dan juga akurasi saturasi/hue warna yang kita inginkan. Material fluorite ini dikembangkan Canon sejak tahun 1969. Proses penggunaannya sendiri membutuhkan teknologi yang sangat tinggi dan mahal.
DO
Canon mengembangkan juga metode difraksi optik sehingga lensa yang perlu dibawa oleh seorang fotografer beratnya lebih ringan. Impian peluncuran lensa jenis DO ini adalah lensa dengan ukuran dan berat lebih kecil, tetapi kualitas foto yang sama dengan seri L (walau sampai saat ini belum terbukti bisa melebihi seri L). Teknologi pembuatan lensa DO ini dipatenkan oleh Canon. Dan untuk konstruksi lensa jenis ini dibutuhkan micrometric precision dan instrumentasi 3 dimensional.
Seri ini di tandai dengan build quality yang mirip EF / L Series tetapi dengan ukuran dan bobot yang jauh lebih kecil/ringan. Warna ring pada bagian ujung depan kamera adalah warna hijau.
Image Stabilizer (IS)
Image Stabilizer merupakan sistem stabilisasi gambar yang secara optical mengurangi vibrasi. Di Canon komponen image stabilizer ini diletakkan di dalam lensa. Hal ini menurut Canon lebih efektif dibandingkan dengan diletakkan di dalam body kamera, karena tiap lensa memiliki adjustment yang berbeda.
Walaupun IS membantu mengurangi vibrasi, akan tetapi IS tidak menghentikan gerakan obyek, jadi misalnya obyeknya sedang berlari dan shutter speed kita kurang maka IS tidak akan membantu. Dengan IS kita bisa tetap mendapatkan hasil foto yang tajam walau sudah dibawah batasan shutter speed yang dibutuhkan (1/125 secs atau 1/(focal length x crop factor)).
Teknologi IS terus berkembang, dari awalnya hanya mampu menangani shutter speed 2 stop dibawah batasan shutter speed, hingga teknologi terbaru saat ini mencapai 4 stop dibawah batas minimal shutter speed yang dibutuhkan. Perhatikan berapa stop sistem IS yang dimiliki lensa anda.
Jadi misalnya kita menggunakan focal length 200mm di DSLR dengan crop factor batasan shutter speed minimal yang kita butuhkan adalah 1/(200 x 1.6) = 1/320 secs. Tapi dengan adanya IS (misalnya dengan kemampuan 3 stop) maka hasil foto yang diperoleh masih bisa tajam walaupun kamera dipegang tangan (tidak menggunakan tripod) di kecepatan 1/40 secs (3 stop di bawah batasan minimal).
Penggunaan lensa dengan IS sangat penting di lensa tele, dimana batasan minimal shutter speed menjadi sangat tinggi. IS akan membantu memperoleh hasil foto yang tajam walau kamera + lensa tele dipegang tangan.
Ada argumen yang menyatakan bahwa penggunaan IS mengurangi ketajaman foto. Ada benarnya, akan tetapi tidak signifikan. Lebih signifikan adalah kehilangan ketajaman gambar akibat dari vibrasi / foto di bawah batas minimal shutter speed yang dibutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar